TEKANAN DARAH
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Darah
adalah cairan yang sangat kompleks, terdiri dari kedua elemen terbentuk (sel
darah merah, sel darah putih, platelet) dan plasma. sel-sel darah merah
(eritrosit) adalah unsur terbentuk paling umum, membawa oksigen ke sel tubuh
melalui komponen utama mereka, hemoglobin. sel darah putih pada umumnya hadir
di sekitar 1/700th jumlah eritrosit dan berfungsi sebagai mediator dari respon
imun terhadap infeksi atau rangsangan lain peradangan.
Platelet
adalah unsur terbentuk yang berpartisipasi dalam koagulasi. Plasma sebagian
besar air, elektrolit, dan protein plasma, yang dengan sendirinya sangat
kompleks. protein plasma yang paling penting dalam pembekuan darah adalah
faktor koagulasi. Karena darah beredar ke seluruh tubuh, perubahan pada elemen
darah normal fisiologi-baik dibentuk atau plasma protein-mungkin memiliki
konsekuensi yang merugikan luas. (1)
Tekanan darah merujuk kepada tekanan yang dialami darah pada pembuluh
arteri darah ketika darah di pompa oleh jantung ke seluruh anggota tubuh
manusia. Tekanan darah dibuat dengan mengambil dua ukuran dan biasanya diukur
seperti berikut - 120 /80 mmHg. Nomor atas (120) menunjukkan tekanan ke atas
pembuluh arteri akibat denyutan jantung, dan disebut tekanan sistole. Nomor
bawah (80) menunjukkan tekanan saat jantung beristirahat di antara pemompaan,
dan disebut tekanan diastole. Saat yang paling baik untuk mengukur tekanan
darah adalah saat Anda istirahat dan dalam keadaan duduk atau
berbaring.
B.
Tujuan
Adapun tujuan dari percobaan ini :
1. Mempelajari
cara – cara pengukuran tekana darah arteri
2. Mempelajari
beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A.
Pengertian
Tekanan
darah berarti tenaga yang digunakan oleh darah terhadap satuan daearah dinding
pembuluh tersebut. Bila seseorang menagatakan bahwa tekanan dalam pembuluh
adalah 50 mmHg, hal itu berarti bahwa daya yang di hasilkan cukup untuk
memdorong kolom air raksa melawan gravitasi sampai setinggi 50 mm. Bila tekanan
adalah 100 mmHg, kolom air raksa akan didorong setinggi 100 milimeter.(1)
Tekanan darah adalah kekuatan tekanan darah dinding
pembuluh darah tersebut. Selama
sisitol, pada dinding pembuluh darah adalah yang terbesar selama sistol, jatuh
ke titik terendah.(2)
Aliran darah masuk dan keluar dari
jantung dikendalikan oleh katup pada inlet dan outlet ventrikel masing-masing.
Katuip ini mengalir darah jantung memastikan bahwa
hanya pada satu arah. suara yang kita dengar saat mendengarkan
jantung adalah suara dari catup
penutupan. ini membuat jantung mungkin
untuk waktu siklus jantung untuk menentukan seberapa cepat atau lambat darah
sedang dipompa masuk dan keluar dari jantung(3)
B.
Bentuk
– bentuk Tekanan Darah.
Bentuk – bentuk tekanan darah yaitu
:
1. Eritrosit
Mature
sel darah merah berbentuk cakram cekung dua diisi dengan hemoglobin, yang
berfungsi sebagai komponen pengangkut oksigen dalam darah. Berbeda dengan sel
yang paling lain, mereka tidak memiliki inti pada saat jatuh tempo; inti mereka
diekstrusi selama tahap akhir pembangunan eritrosit. Adanya eritrosit dengan
inti di hapusan darah perifer menunjukkan suatu keadaan penyakit yang
mendasarinya.Sel-sel normal merah sekitar 8 m dengan diameter, ukuran yang
lebih besar dari kapiler terkecil.(4)
Namun,
bentuk cekung ganda mereka memberikan fleksibilitas yang cukup untuk menyelinap
melalui kapiler kecil dan mengantarkan oksigen ke jaringan. Setelah diekstrusi
dari sumsum tulang, eritrosit individu fungsi selama sekitar 120 hari sebelum
mereka dikeluarkan dari sirkulasi oleh limpa.
2.
Anemia
Anemia
berarti kekurangan hemoglobin dalam darah, yang dapat disebabkan oleh salah
satu sel darah merah terlalu sedikit atau terlalu sedikit hemoglobin dalam sel.
Beberapa jenis anemia dan penyebab fisiologis mereka adalah sebagai berikut
a. Anemia
akibat kehilangan darah
b. Anemia
aplastik
c. Anemia
megaloblastik
d. Anemia
hemofilik
3. Polisitemia
Polisitemia
sekunder. Setiap kali jaringan menjadi hipoksia karena terlalu sedikit oksigen
di udara bernapas, seperti pada ketinggian tinggi, atau karena kegagalan
pengiriman oksigen ke jaringan, seperti gagal jantung, organ pembentuk darah
secara otomatis menghasilkan jumlah besar merah ekstra sel darah. Kondisi ini
disebut polisitemia sekunder, dan jumlah sel darah merah yang biasa naik ke 6-7
million/mm3, sekitar 30 persen di atas normal.
Jenis
umum dari polisitemia sekunder, disebut polisitemia fisiologis, terjadi pada
pribumi yang tinggal di ketinggian 14.000 kaki ke 17.000, di mana oksigen
atmosfer sangat rendah.The jumlah darah biasanya 6-7 million/mm3; ini
memungkinkan orang-orang untuk melakukan cukup tinggi tingkat bekerja terus
menerus bahkan dalam suasana jernih.
4. Granulosit-Neutrofil,
Eosinofil, dan Basofil
Para
granulosit adalah sel-sel darah putih yang paling umum; ini, neutrofil yang paling
banyak, diikuti oleh eosinofil dan Basofil. Perkembangannya, ketiga jenis
mirip: Ketika mereka dewasa, inti mereka menjadi lebih rumit dan multilobed,
dan masing-masing mengembangkan sitoplasma penuh dengan butiran.
Butir
ini mengandung berbagai enzim, prostaglandin, dan mediator peradangan, dengan
faktor-faktor tertentu tergantung pada jenis sel basofil berisi butiran biru
atau ungu yang sangat gelap ketika diwarnai dengan baik Giemsa atau Wright
noda. Basophil butiran yang besar dan biasanya mengaburkan inti karena
kepadatan mereka.
Eosinofil
mengandung besar, mencolok "inti sel" butir (pewarnaan merah dengan
Wright atau Giemsa's stain). inti eosinofil biasanya bilobed. Biasanya,
eosinofil berfungsi sebagai bagian dari respon inflamasi untuk parasit terlalu
besar untuk ditelan oleh sel kekebalan tubuh individu. Mereka juga terlibat
dalam beberapa reaksi alergi.
Neutrofil
mengandung butiran yang "neutrophilic" (yaitu, tidak eosinofilik atau
basophilic). Meskipun mereka mendominasi dalam darah, fungsi utama mereka
sebenarnya pada jaringan, mereka harus meninggalkan darah dengan memasukkan
sendiri antara sel endotel dari vaskular untuk mencapai situs dari cedera atau
infeksi. butiran mereka mengandung enzim yang sangat aktif seperti
myeloperoxidase, yang, bersama dengan ion oksigen radikal bebas yang dihasilkan
oleh enzim membran seperti fosfat dinukleotida nicotinamide adenin (NADPH)
oksidase, membunuh bakteri yang menelan neutrofil melalui endositosis atau
fagositosis.(4)
C.
Tekanan Darah Arteri
Tekanan
darah arteri adalah kekuataan tekanan darah ke dinding pembuluh darah yang
memampunya. Tekanan ini berubah – ubah pada setiap tahap siklus jantung. Selama
sistole ventrikel kiri memaksa darah masuk aorta, tekanan naik sampai puncak,
yang disebut tekanan sistolik. Selama
diastole tekanan turun, nilai terendah yang dicapai disebut tekanan diastolik.(5)
Tekanan
di dalam aorta dan dalam arteri brakialis dan arteri besar lain pada orang
dewasa muda meningkat mencapai nilai puncak atau tekanan sistolik kira – kira
120 mmHg selama tiap siklus jantung dan turun ke nilai minimal atau tekanan
diastolik sekitar 70 mmHg. Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekanan
sistolik dan tekanan diasyolik, secara normal sekitar 50 mmHg. Tekanan rata –
rata adalah tekanan rata – rata selama siklus jantung.(6)
Tekanan
darah arteri adalah satu kesatuan yang memelihara perfusi jaringan, atau suplai
darah ke kapiler, dalam berbagai kondisi fisiologis, termasuk perubahan posisi
tubuh, aktivitas otot dan sirkulasi volume darah. Tekanan darah arteri di
tentukan oleh curah jantung (volume darah yang dipompa jantung selama 1 menit)
dan resistensi perifer. Kenaikkan satu atau keduanya akan meningkatkan tekanan
arteri. Tekanan arteri rata – rata (MAP), yang merupakan tekanan arteri rata
–rata di sepanjang siklus jantung, tergantung pada sifat drastis dari dinding
arteri dan volume rata – rata darah dalam sistem arteri.(3)
D.
Pengaturan Tekanan Darah
Tekanan
darah dikontrol oleh otak, sistem saraf otonom, ginjal, beberapa kelenjar
endokrin, arteri dan jantung. Otak adalah pusat pengontrol tekanan darah di
dalam tubuh. Serabut saraf adalah bagian sistem saraf otonom yang membawa
isyarat dari semua bagian tubuh untuk menginformasikan kepada otak perihal
tekanan darah, volume darah dan kebutuhan khusus semua organ. Semua informasi
ini diproses oleh otak dan keputusan dikirim melalui saraf menuju organ-organ
tubuh termasuk pembuluh darah, isyaratnya ditandai dengan mengempis atau
mengembangnya pembuluh darah. Saraf-saraf ini dapat berfungsi secara otomatis.
Ginjal
adalah organ yang berfungsi mengatur fluida (campuran cairan dan gas) di dalam
tubuh. Ginjal juga memproduksi hormon yang disebut renin. Renin dari ginjal merangsang
pembentukan angiotensin yang menyebabkan pembuluh darah kontriksi sehingga
tekanan darah meningkat. Sedangkan hormon dari beberapa organ juga dapat
mempengaruhi pembuluh darah seperti kelenjar adrenal pada ginjal yang
mensekresikan beberapa hormon seperti adrenalin dan aldosteron juga ovari yang mensekresikan
estrogen yang dapat meningkatkan tekanan darah. Kelenjar tiroid atau hormon
tiroksin, yang juga berperan penting dalam pengontrolan tekanan darah.(7)
Pada
akhirnya tekanan darah dikontrol oleh berbagai proses fisiologis yang bekerja
bersamaan. Serangkaian mekanisme inilah yang memastikan darah mengalir di
sirkulasi dan memungkinkan jaringan mendapatkan nutrisi agar dapat berfungsi
dengan baik. Jika salah satu mekanisme mengalami gangguan, maka dapat terjadi
tekanan darah tingggi.
Tekanan darah sangat penting dalam
sistem sirkulasi darah dan selalu diperlukan sebagai daya dorong untuk
mengalirkan darah dalam arteri, arteriola, kapiler, dan sistem vena sehingga terbentuk aliran darah yang menetap. Jantung
bekerja sebagai pemompa darah yang dapat memindahkan darah dari pembuluh vena
ke pembuluh arteri pada sistem sirkulasi tertutup. Aktivitas pompa jantung
berlangsung dengan cara mengadakan kontraksi dan relaksasi sehingga menimbulkan
perubahan tekanan darah dalam sisitem sirkulasi.(8)
Pada
perekaman tekanan nadi dalam sistem arteri saat itu tampak kenaikan tekanan
arteri sampai pada puncaknya sekitar 120 mmHg. Tekanan ini disebut tekanan
sistole, kenaikkan ini menyebabkan serta mengalami distensi sehingga tekana
dalamnya turun sedikit. Pada saat diastole ventrikel, tekanan aorta cenderung
menurun sampai dengan 80 mmHg. Tekanan ini dalam pemeriksaan disebut dengan
tekanan diastolik. Dengan adanya perubahan ini maka pada siklus jantung. Inilah
yang menyebabkan terjadinya aliran darah di dalam sistem sirkulasi tertutup
pada tubuh manusia.(8)
E.
Pengukuran Tekanan Darah
Mengukur
tekanan darah dapat dilakukan dengan menggunakan alat yang disebut Sfigmanometer
dan steteskop yang dilakukan pada arteri brikialis diletakkan siku yang bisa
teraba secara jelas.
Bunyi
jantung dapat di dengar pada arteri briakialis, tempat bunyi pertama sebagai
tekanan sistol dan diastol.
Faktor
– faktor yang mempengaruhi tekanan darah :
1. Kekuataan
jantung memompa darah, membuat tekanan yang dilakukan jantung sehingga darah
bisa beredar keseluruh tubuh dan di arah dapat kembali ke jantung.
2. Viskisitas
(kekntalan) darah, disebabkan oleh protein plasma dan jumlah darah yang beredar
dalam aliran tubuh.
3. Tahanan
tepi yaitu tahanan yang dikeluarkan oleh darah mengalir dalam pembuluh darah
dalam sirkulasi darah besar yang berada dalam arterial.(9)
Metode
tidak langsung untuk mengukur aliran
darah berbagai organ daklam manusia termasuk adaptasi dari teknik Fick dan
pengenceran indikator.(10)
Tekanan
darah dapat di ukur dengan dua metode :
1.
Metode
Langsung (Direct Method)
Metode
ini menggunakan jarum atau kanula yang dimasukkan ke dalam pembuluh darah dan
dihubungkan dengan manometer. Metode ini
merupakan cara yang sangat tepat untuk pengukuran tekanan darah tapi butuh
peralatan yang lengkap
dan ketrampilan khusus.
2.
Metode
tidak langsung (Inderct Method)
Metode
ini menggunakan Sphygmomanometer (tensi meter). Tekanan darah dapat diukur
dengan tiga cara yaitu :
1) Cara
Palpasi
Dengan
cara ini hanya dapat diukur tekanan sistolik. Metode palpasi harus di lakukan
sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan yang diharapkan.
Palpasi juga dilakukan bila tekanan darah sulit di dengarkan. Tetapi, dengan
Palpasi tekanan diastolic tidak dapat ditentukan dengan akurat.
Gambar
pengukuran cara palpasi
2) Cara
Auskultasi
Dengan
cara ini dapat diukur tekanan darah sistolik maupun tekanan distolik,cara ini
memerlukan alat ‘Stethoscope”.
Dengan Metode ini pertama kali di perkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada tahun 1905. Kedua tekanan sistolik dan diastolis dapat diukur dengan metode ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul akibat aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanaan manset pada arteri tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus di perhatikan bahwa terdapat suatu jarak yang paling sedikit 5 cm, antar amanset dan tempat meletakkan stetoskop. Bunyi yang terdengar disebut Bunyi Korotkoff.(11)
Gambar
Pemeriksaan Palpasi
Sejalan
dengan pengenduran manset, turbulensi aliran darah melalui arteri brakialis
menimbulkan rangkaina suara. Hal ini dikelompokkan menjadi 5(lima) fase suara.
Fase 1 ditandai oleh suara yang jelas, suara menghentak dan berulang, bersamaan
dengan pemunculan kembali denyut nadi yang teraba. Pemunculan awal suara fase 1
ini sama dengan tekanan darah sistolik. Selama fase 2, suara murmur terdengar.
Pada fase 3 dan 4, perubahan mulai terjadi dimana suara nadi mulai melemah(biasanya
10 mmHg diatas tekanan darah diastolik yang sebenarnya). Pada fase 5, suara
mulai hilang, dan menunjukkan tekanan darah diastolik.(11)
Bunyi
korotkoff dihasilkan oleh arus turbulen dalam arteri briakialis. Arus laminar
dalam arteri yang tidak berkontraksi adalah tidak bersuara, tetapi bila arus
menyempit ,kecepatan aliran melalui konstruksi melampaui kecepatan kritis dan
terjadilah arus turbulen.(6)
Dalam
menetukkan tekanan darah dengan cara auskultrasi, tekanan dalam manset mula-
mula dinaikkan sampai diatas tekanan sistolilk arteri. Selama tekanan manset
lebih tinggi daripada tekanan sistolik, arteri brikiali akan tetapi akan tetap
kolaps dan tidak akan ada darah yang mengalir kedalam arteri yang distal selama
siklus penekanan.(11)
3) Cara
Osilasi
Dalam
metode ini kita hanya melihat osilasi pada manometer. Saat timbulnya pada
manometer menunjukkan tekanan sistolik. Tekanan manset terus di turunkan sampai
osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolik.(10)
F.
Klasifikasi
Nilai Tekanan Darah
Berikut ini klasifikasi tekanan
darah berlaku bagi orang dewasa berusia 18 tahun atau lebih. Ini didasarkan
pada rata-rata pembacaan tekanan darah yang diukur dengan baik selama 2 atau
lebih kunjungan kantor.
Klasifikasi tekanan darah untuk orang
dewasa
|
||
Kategori
|
diastolic,
mmHg
|
|
Hypotensi
|
< 90
|
atau < 60
|
Normal
|
90 – 119
|
Dan 60 – 79
|
Prahipertensi
|
120 – 139
|
atau 80 – 89
|
Tahap 1 hipertensi
|
140 – 159
|
Atau 90 – 99
|
Tahap 2 hipertensi
|
≥ 160
|
or ≥ 100
|
Tabel
Klasifikasi tekanan Darah untuk Dewasa di Atas 18 Tahun
Kategori
|
Diastolic
|
Sistolik
|
Pada masa
bayi
|
50
|
70 sampai
90
|
Pada masa
anak-anak
|
60
|
80 sampai
100
|
Selama
masa remaja
|
60
|
90 sampai
110
|
Dewas muda
|
60 sampai
70
|
110 sampai
125
|
Umur lebih
tua
|
80 sampai
90
|
130 sampai
150
|
Tabel
Klasifikasi Tekanan Darah Normal Sesuai pada Rentang Usia
G.
Penyakit
– penyakit Tekanan Darah
1.
Tekanan darah tinggi
Tekanan
darah tinggi atau Hipertensi adalah
kondisi medis diman terjadi peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam
jangka waktu lama). Penderita yang mempengaruhi sekurang – kurangnya tiga
bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat, diperkirakan
mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi adalah salah
satu faktor risiko untuk stroke, serangan jantung, gagal jantung, dan aneurisma
arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis.(11)
Berdasarkan faktor akibat Hipertensi terjadi
peningkatan tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara:
- Jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada
setiap detiknya
- Terjadi penebalan dan kekakuan pada dinding arteri akibat usia lanjut.
Arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, sehingga mereka tidak
dapat mengembang pada saat jantung memompa darah melalui arteri tersebut.
Karena itu darah pada setiap denyut jantung dipaksa untuk melalui pembuluh yang
sempit daripada biasanya dan menyebabkan naiknya tekanan.
- Bertambahnya cairan dalam sirkulasi bisa menyebabkan meningkatnya tekanan
darah. Hal ini terjadi jika terdapat kelainan fungsi ginjal sehingga tidak
mampu membuang sejumlah garam dan air dari dalam tubuh. Volume darah dalam
tubuh meningkat, sehingga tekanan darah juga meningkat. Oleh sebab itu, jika
aktivitas memompa jantung berkurang, arteri mengalami pelebaran, dan banyak
cairan keluar dari sirkulasi. Maka tekanan darah akan menurun atau menjadi
lebih kecil.(12)
Gambar. Penyempitan pembuluh darah
2.
Anemia
Anemia
berarti kekurangan hemoglobin dalam darah, yang dapat disebabkan
oleh salah satu sel darah merah terlalu sedikit atau terlalu sedikit hemoglobin
dalam
sel. Beberapa jenis anemia dan
penyebab fisiologis mereka adalah sebagai darah rugi anemia. Setelah perdarahan
cepat, tubuh bagian daklam menggantikan cairan plasma dalam satu sampai tiga
hari, tapi ini meninggalkan konsentrasi rendah sel darah merah, jika perdarahan
yang kedua tidak terjadi, konsentrasi sel darah merah biasanya kembali normal
dalam waktu 3 sampai 6 minggu.(13)
3.
Aterosklerios
Aterosklerios
adalah
salah satu penyebab jantung iskemik disebabkan pengendapan
kolesterol dan zat lainnya pada dinding arteri, yang membentuk plak yang
mempersempit arteri. Hal ini terkait dengan beberapa kebiasaan kesehatan yang
buruk,seperti merokok dan diet lemak tinggi. Kedua faktor merupakan parameter
penting untuk psikolog kesehatan dan menjelaskan mengapa ada begitu penekanan
di lapangan pada perubahan perilaku kesehatan yang buruk.(2)
4.
Angina Pektoris
Angina
Pektoris adalah nyeri jantung pada sebagian orang dengan kontraksi arteri
koronaria yang progresif dan mulai muncul bila beban jantung menjadi terlampau
dengan aliran darah koroner yang tersedia.(1)
5.
Infark Miokardium
Infark
Miokardium yaitu perubahan irreversibel dan kematian sel –sel otot yang
disebabkan suplai darah ke bagian miokardium terganggu. Infark miokardium
sering berkomplikasi dengan aritmia ventrikel yang serius dengan ancaman
fibrilasi ventrikel dan kematian.(6)
BAB III
HASIL DAN
PEMBAHASAN
A.
Nama
Laporan
Pemeriksaan Tekanan Darah
B.
Alat
dan Bahan
1.
Manometer air raksa atau aneroid
2.
Stetoskop
C.
Prosedur
Kerja
Dalam mencatat tekanan darah secara fisiologis,
orang coba harus berada dalam keadaan yang menyenangkan dan lepas dari
pengaruh-pangaruh yang dapat mempengaruhi hasil pencatatan. Pencatatan tekanan
darah ini dengan metode tak langsung.
1.
Cara Palpasi (metode Riva Rocci)
Segala
bentuk pakaian harus dilepas dari lengan atas dan manset dipasang ketat dan
sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan ketat maka dapat
diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian
dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabalah arteri radialis pada pergelangan
tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memompa sampai
denyut nadi (denyut arteri radialis) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian
diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan
kecepatan kira-kira 3 mm/dt. Saat di mana denyut arteri teraba kembali menunjukkan
tekanan darah sistolis. Metode palpasi dilakukan sebelum melakukan aktivitas
auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan yang diharapkan.
2.
Cara Auskultasi
Metode
ini pertama kali diperkenalkan oleh seorang dokter Rusia yaitu Korotkoff pada
tahun 1905. Kedua tekanan sistolis dan diastolis dapat diukur dengan metode
ini, dengan cara mendengar (auskultasi) bunyi yang timbul pada arteri
brachialis yang disebut bunyi Korotkoff. Bunyi ini timbul akibat timbulnya
aliran turbulen dalam arteri yang disebabkan oleh penekanan manset pada arteri
tersebut. Dalam cara auskultasi ini harus diperhatikan bahwa terdapat suatu
jarak yang paling sedikit 5 cm, antara manset dan tempat meletakkan stetoskop.
Mula-mula rabalah arteri brachialis untuk menentukan tempat meletakkan
stetoskop. Kemudian pompalah manset sehingga tekanannya melebihi tekanan
diastolis (yang diketahui dari palpasi). Turunkan tekanan manset perlahan-lahan
sambil meletakkan stetoskop di atas arteri brachialis pada siku. Mula-mula
tidak terdengar suatu bunyi kemudian akan terdengar bunyi mengetuk yaitu ketika
darah mulai melewati arteri yang tertekan oleh manset sehingga terjadilah
turbulensi. Bunyi yang terdengar disebut bunyi Korotkoff dan dapat dibagi dalam
empat fase yang berbeda:
1)
Fase I
Timbulnya
dengan tiba-tiba suatu bunyi mengetuk yang jelas dan makin lama makin keras
sewaktu tekanan menurun 10-14 mmHg berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
2)
Fase II
Bunyi
berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg.
3)
Fase II
Bunyi
sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas dan keras selama
penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
4)
Fase IV
Bunyi
meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.
5)
Fase V
Titik
dimana bunyi menghilang.
a. Permulaan
dari fase I yaitu di mana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistol
b. Permulaan
fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai
berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan
diastolis intra arterial yang diukur secara langsung.
Fase
V terjadi pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial
pada keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang
meningkatkan aliran darah, maka fase V jauh lebih rendah dari tekanan diastolis
yang sebenarnya. Pada anak-anak, fase IV lebih tepat digunakan sebagai indeks
tekanan diastolis. berikutnya. Ini disebut pula nada letupan.
6)
Fase II
Bunyi
berubah kualitasnya menjadi bising selama penurunan tekanan 15-20 mmHg.
7)
Fase II
Bunyi
sedikit berubah dalam kualitas tetapi menjadi lebih jelas, keras selama
penurunan tekanan 5-7 mmHg berikutnya.
8)
Fase IV
Bunyi
meredam (melemah) selama penurunan 5-6 mmHg
berikutnya. Setelah itu bunyi menghilang.
9)
Fase V
Titik dimana bunyi menghilang.
a. Permulaan
dari fase I yaitu di mana bunyi mula-mula terdengar merupakan tekanan sistol
b. Permulaan
fase IV atau fase V merupakan tekanan diastolis, dengan perbedaan sebagai
berikut: Fase IV terjadi pada tekanan 7-10 mmHg lebih tinggi daripada tekanan
diastolis intra arterial yang diukur secara langsung.
10)
Fase
V
Terjadi
pada tekanan yang sangat mendekati tekanan diastolis intra arterial pada
keadaan istirahat. Pada keadaan latihan otot atau keadaan yang meningkatkan
aliran darah, maka fase V jauh lebih rendah dari tekanan diastolis yang
sebenarnya. Pada anak-anak, fase IV lebih tepat digunakan sebagai indeks
tekanan diastolis.
Catatlah
hasil pemeriksaan sebagai berikut: 120/82/78, yaitu 120 = tekanan sistolis; 82
= fase IV; 78 = fase V. Bila fase IV dan fase V adalah sama , maka ditulis
120/78/78. Ulangi pencatatan beberapa kali untuk memperoleh nilai yang pasti.
3.
Cara Osilasi
Yaitu dengan melihat osilasi pada
manometer. Manset dipompa sampai tekanannya 10-20 mmHg melebihi tekanan
sistolis yang ditentukan dengan metode Riva Rocci. Tekanan manset diturunkan
perlahan-lahan sambil memperhatikan air raksa manometer. Saat timbulnya osilasi
pada manometer menunjukkan tekanan sistolis. Tekanan manset terus diturunkan
sampai osilasi menghilang yang menunjukkan tekanan diastolis.
Di dalam praktek, ketiga cara ini
harus dikombinasikan untuk memperoleh hasil yang memuaskan dan dapat dipercaya.
Protokol
·
Tekanan Darah Istirahat
Ukurlah tekanan darah orang coba setelah berbaring 5 menit,
setelah duduk 5 menit dan setelah berdiri 5 menit. Orang coba harus benar-benar
dalam keadaan santai. Membandingkan hasil ketiga pencatatn ini. Dalam mencatat
tekanan darah, digunakan kombinasi ketiga cara tadi.
·
Pengaruh Perubahan Sikap
Orang
coba berbaring 5 menit. Ukurlah tekanan darah, kemudian orang coba diminta
segera berdiri dan ukurlah segera tekanan darah dengan lengan lurus ke bawah. Tekanan diukur 0,1,2,3,4 dan 5 manit sesudah berdiri.
·
Pengaruh Kerja Otot
Orang coba diminta untuk melakukan kegiatan misanya berlari
ditempat selama kurang lebih 3-5 menit kemudian catatlah tekanan darah kontrol
(sebelum kegiatan).
·
Pengaruh Berpikir
Catatlah tekanan darah kontrol. Kemudian orang coba diminta
berpikir denga kuat yaitu memecahakan soal matematika yang susah. Catatlah tekanan
darahnya secepat mungkin, kalau perlu selagi berpikir. Bandingkanlah dengan
tekanan darah kontrol.
·
Percobaan Valsava (Valsava
Manuver)
Buatlah
pencatatan kontrol. Orang coba diminta untuk melakukan ekspirasi kuat dengan
glottis tertutup (mengedan). Catatlah tekanan darah pada saat ini dan
bandingkan dengan tekanan kontrol.
·
Percobaan Muller
Orang coba diminta untuk inspirasi kuat
dengan glottis tertutup. Ukurlah tekanan darah dan
bandingkan dengan tekanan kontrol.
D.
Hasil
Percobaan
1.
Orang coba 1
Nama ` : Tn. H
Jenis kelamin :
laki-laki
Umur :
19 tahun
Hasil pemeriksaan :
Tekanan
Darah : 110/70mmHg(auskultasi)
dan 120 (Palpasi)
Saat Berpikir :
140/70 mmHg
Setelah
berpikir : 110/70
mmHg(auskultasi) dan 100 mmHg(palpasi)
Tahan
Nafas : 110/70mmHg (auskultasi)
dan 100mmHg (palpasi)
2.
Identitas orang coba 2
Nama ` :
Tn. Ar
Jenis kelamin :
laki-laki
Umur :
19 tahun
Hasil pemeriksaan
Tekanan darah istirahat :
Berbaring : 110/70 mmHg(auskultasi) dan 100mm
Hg(palpasi)
Duduk : 120/80 mmHg(auskultasi) dan 110
mmHg(palpasi)
Berdiri : 130/80 mmHg (auskultasi) dan 120
mmHg (palpasi)
Baring
lagi : 110/70 mmHg (auskultasi) dan
100 mmHg (palpasi)
Berdiri lagi : 110/70 (auskultasi)
F.
Analisis
Percobaan
Sebelum kita melakukan pemeriksaan terhadap orang coba
kita harus melakukan pengukuran tekanan darah terlebih dahulu untuk mengetahui
jumlah tekanan darah normalnya pada orang coba satu dan orang coba 2. Pada
orang coba satu diperoleh tekanan darah 110/70mmHg(auskultasi) dan 120 (Palpasi). Pada
orang coba kedua di peroleh tekanan darah istirahat saat berbaring 110/70 mmHg
(auskultasi) dan 100 mmHg (palpasi), 120/80 mmHg(auskultasi) dan 110
mmHg(palpasi).
Tekanan darah akan berubah-ubah sesuai dengan kegiatan
dan posisi orang coba. Tekanan darah pada saat rileks atau santai akan lebih
baaik atau normal karena pada saat itu tekanan darah berjalan dengan normal
tanpa ada faktor yang dapat mengganggu tekanan darah tersebut.
Tekanan darah pada saat dalam posisi berbaring akan
berbeda dengan dalam keadaan berdiri atau dalam melakukan suatu kegiatan. Darah
adalah sebuah benda cair yang mempunyai sifat mengalir dari tempat tinggi ke
tempat yang rendah. Otomatis pada saat berbaring darah akan megalir dengan
lancar ke seluruh tubuh karena dalam keadaan yang datar dan jantungpun tidak
susuh payah memompa darah sehingga tekanan darah orang coba berada dalam batas yang
normal.
Pada saat orang coba berdiri, gaya gravitasi bumi
meningkat sehingga untuk melancarkan peredaran darah keseluruh tubuh utamanya
daerah kepala maka jantung akan memompa lebih kuat daripada dalam keadaan
rileks akibatnya tekanan darah akan meningkat. Begitupun pada saat orang coba berpikir,
otak memerlukan nutrisi untuk menunjang kerjanya saat berpikir. Akibatnya
jantung memompa lebih lebihdari biasanya sehingga tekana darah naik lagi.
Begitupun pada saat orang coba dalam posisi duduk, tetapi tekanan darah tidak
terlalu sekuat seperti halnya yang terjadi pada saat berdiri.
Intinya tekanan darah akan berubah sesuai dengan kondisi
tubuh dan kegiatan yang dilakukan. Utamanya saat beraktivitas maka tekanan
darah akan meningkat karena di dalam darah terdapat bahan nutrisi dan energi
bagi tubuh saat beraktivitas.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Cara
– cara pengukuran tekanan darah arteri adalah dengan cara palpasi, auskultasi
dan osilasi
2. Beberapa
faktor yang mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah karena
istirahat, perubahan sikap, pengaruh kerja otot, dan pengaruh berpikir,
inspirasi dan ekspirasi yang kuat.
3. Meningkatnya
tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara diantaranya
yaitu ketika jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak
cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi
kaku, dan bertambahnya cairan dalam sirkulasi
B. Saran
1.
Sebaiknya bagian praktikum melengkapi
alat-alat laboratorium yang akan digunakan.
2.
Waktu untuk paraktikum perpanjang agar
pelaksanaan paraktikum tidak tergesa-gesa
3.
Sebaiknya
ketertiban di dalam praktikum dilaksanakan
bagussss
BalasHapusmaksih ya
izin save :)
Iya, sama2 :)
Hapussilahkan disave
kalo boleh kasih saran gan supaya lebih banyak lagi pengunjungnya ,, buat juga gan daftar pustaka nya gan .. tkb
BalasHapusIya gan.. Kelupaan dapusnya :)
Hapusmakasi saranya