BAB I
KONSEP MEDIS
A. Defenisi
Skabies (kudis, the
itch, gudik, budukan, dan gatal agogo) adalah penyakit kulit yang disebabkan
oleh infestisasi dan sensitisasi terhadap sarcoptes scabiei varian hominis
dan produknya (Mansjoer, 2000).
Penyakit skabies ini
merupakan penyakit menular oleh kutu tuma gatal sarcoptes scabei tersebut, kutu
tersebut memasuki kulit stratum korneum, membentuk kanalikuli atau terowongan
lurus atau berkelok sepanjang 0,6 sampai 1,2 centimeter (Harahap,
2000).
Faktor penunjang penyakit
ini antara lain sosial ekonomi rendah, higiene buruk, berganti pasangan
seksual, kesalahan diagnosis, dan perkembangan demografis ekologik. (Carpenito.
2001)
B. Etiologi
Skabies dapat disebabkan
oleh kutu atau kuman Sarcoptes Scabiei varian hominis. Sarcoptes scabiei ini
termasuk filum Arthopoda, kelas Arachnida, ordo Ackarina, superfamili
Sarcoptes. Pada manusia disebut Sarcoptes scabiei var. hominis. Secara
morfologik merupakan tungau kecil, berbentuk oval, punggungnya cembung dan
bagian perutnya rata. Tungau ini transient, berwarna putih kotor, dan tidak
bermata (Mansjoer, 2000).
C. Patofisiologi
Kelainan kulit dapat
disebabkan tidak hanya dari tungau skabies, akan tetapi juga oleh penderita
sendiri akibat garukan. Dan karena bersalaman atau bergandengan sehingga
terjadi kontak kulit yang kuat, menyebabkan lesi timbul pada pergelangan
tangan. Gatal yang terjadi disebabkan oleh sensitisasi terhadap secret dan
ekskret tungau yang memerlukan waktu kira-kira sebulan setelah infestasi. Pada
saat itu kelainan kulit menyerupai dermatitis dengan ditemuannya papul,
vesikel, dan urtika. Dengan garukan dapat timbul erosi, ekskoriasi, krusta, dan
infeksi sekunder. Kelainan kulit dan gatal yang terjadi dapat lebih luas dari
lokasi tungau (Harahap, 2000).
D. Manifestasi Klinis
1.
Pruritus nokturnal
(gatal pada malam hari) karena aktivitas tungau lebih tinggi pada suhu yang
lembab dan panas.
2.
Umumnya ditemukan
pada sekelompok manusia, misalnya mengenai seluruh anggota keluarga.
3.
Adanya terowongan
(kunikulus) pada tempat-tempat predileksi yang berwarna putih atau keabu-abuan,
berbentuk garis lurus atau berkelok, rata-rata panjang 1cm, pada ujung menjadi
pimorfi (pustu, ekskoriosi). Tempat predileksi biasanya daerah dengan stratum
korneum tipis, yaitu sela-sela jari tangan, pergelangan tangan bagian volar,
siku bagian luar, lipat ketiak bagian depan, aerola mammae dan lipat glutea,
umbilicus, bokong, genitalia eksterna, dan perut bagian bawah. Pada bayi dapat
menyerang bagian telapak tangan dan telapak kaki bahkan seluruh permukaan
kulit. Pada remaja dan orang dewasa dapat timbul pada kulit kepala dan wajah.
4.
Menemukan tungau
merupakan hal yang paling diagnostik. Dapat ditemukan satu atau lebih stadium
hidup tungau ini. Pada pasien yang selalu menjaga hgiene, lesi yang timbul
hanya sedikit sehingga diagnosis kadang kala sulit ditegakkan. Jika penyakit
berlangsung lama, dapat timbul likenifikasi, impetigo, dan furunkulosis (Mansjoer,
2000).
E. Pemeriksaan Penunjang
Cara menemukan tungau :
1.
Carilah mula-mula
terowongan, kemudian pada ujung dapat terlihat papul atau vesikel.
2.
Congkel dengan jarum
dan letakkan di atas kaca objek, lalu tutup dengan kaca penutup dan lihat
dengan mikroskop cahaya.
3.
Dengan cara menyikat
dengan sikat dan ditampung di atas selembar kertas putih dan dilihat dengan
kaca pembesar
4.
Dengan membuat biopsi
irisan. Caranya : jepit lesi dengan 2 jari kemudian buat irisan tipis dengan
pisau dan periksa dengan mikroskop cahaya.
5.
Dengan biopsi
eksisional dan diperiksa dengan pewarnaan HE (Mansjoer, 2000).
F. Komplikasi
Bila skabies tidak
diobati selama beberapa minggu atau bulan, dapat timbul dermatitis akibat
garukan. Erupsi dapat berbentuk impetigo, ektima, sellulitis, limfangitis, dan
furunkel. Infeksi bakteri pada bayi dan anak kecil yang diserang skabies dapat
menimbulkan komplikasi pada ginjal. Dermatitis iritan dapat timbul karena
penggunaan preparat anti skabies yang berlebihan, baik pada terapi awal ataupun
pemakaian yang terlalu sering.
a.
Urtikaria
Urtikaria
adalah reaksi dari pembuluh darah berupa erupsi pada kulit yang berbatas tegas
dan menimbul (bentol), berwarna merah, memutih bila ditekan, dan disertai rasa
gatal.Urtikaria dapat berlangsung secara akut, kronik, atau berulang. Urtikaria
akut umumnya berlangsung 20 menit sampai 3 jam, menghilang dan mungkin muncul
di bagian kulit lain.
b.
Infeksi sekunder
c.
Folikulitis
Folikulitis
adalah peradangan pada selubung akar rambut (folikel). Pada kulit yang terkena
akan timbul ruam, kemerahan dan rasa gatal. Di sekitar folikel rambut tampak
beruntus-beruntus kecil berisi cairan yang bisa pecah lalu mengering dan
membentuk keropeng.
d.
Furunkel
Furunkel
(bisul) adalah infeksi kulit yang meliputi seluruh folikel rambut dan jaringan
subkutaneus di sekitarnya.Paling sering ditemukan di daerah leher, payudara,
wajah dan bokong.Akan terasa sangat nyeri jika timbul di sekitar hidung atau
telinga atau pada jari-jari tangan.Furunkel berawal sebagai benjolan keras
bewarna merah yang mengandung nanah. Lalu benjolan ini akan berfluktasi dan
ditengahnya menjadi putih atau kuning (membentuk pustula). Bisul bisa pecah
spontan atau mengeluarkan nanahnya, kadang mengandung sedikit darah.
e.
Infiltrat
f.
Eksema infantum
Eksema
atau Dermatitis atopik atau peradangan kronik kulit yang kering dan gatal yang
umumnya dimulai pada awal masa kanak-kanak.Eksema dapat menyebabkan gatal yang
tidak tertahankan, peradangan, dan gangguan tidur (Harahap,
2000).
G. Penatalaksanaan
Syarat obat yang
ideal adalah efektif terhadap semua stadium tungau, tidak menimbulkan iritasi
dan toksik, tidak berbau atau kotor, tidak merusak atau mewarnai pakaian, mudah
diperoleh dan harganya murah.
Jenis obat topical :
1.
Belerang endap
(sulfur presipitatum) 4-20% dalam bentuk salep atau krim. Pada bayi dan orang
dewasa sulfur presipitatum 5% dalam minyak sangat aman dan efektif.
Kekurangannya adalah pemakaian tidak boleh kurang dari 3 hari karena tidak
efektif terhadap stadium telur, berbau, mengotori pakaian dan dapat menimbulkan
iritasi.
2.
Emulsi
benzyl-benzoat 20-25% efektif terhadap semua stadium, diberikan setiap malam
selama 3 kali. Obat ini sulit diperoleh, sering memberi iritasi, dan
kadang-kadang makin gatal setelah dipakai.
3.
Gama benzena heksa
klorida (gameksan) 1% daam bentuk krim atau losio, termasuk obat pilihan arena
efektif terhadap semua stadium, mudah digunakan, dan jarang memberi iritasi.
Obat ini tidak dianurkan pada anak dibawah umur 6 tahun dan wanta hamil karena
toksi terhadap susunan saraf pusat. Pemberiannya cup sekali dalam 8 jam. Jika masihada
gejala, diulangi seminggu kemudian.
4.
Krokamiton 10%
dalamkrim atau losio mempunyaidua efek sebagai antiskabies dan antigatal. Harus
dijauhkan dari mata, mulut, dan uretra. Krim( eurax) hanya efetif pada 50-60%
pasien. Digunakan selama 2 malam berturut-turut dan dbersihkan setelah 24 jam
pemakaian terakhir.
5.
Krim permetrin
5% merupakan obat yang paling efektif dan aman arena sangat mematikan untuk
parasit S.scabei dan memiliki toksisitas rendah pada manusia.
6.
Pemberian antibitika
dapat digunakan jika ada infeksi sekunder, misalnya bernanah di area yang
terkena (sela-sela jari, alat kelamin) akibat garukan (Mansjoer,
2000).
H. Prognosis
Dengan memperhatikan
pemilihan dan cara pemakaian obat, syarat pengobatan, menghilangkan faktor
predisposisi, penyakit ini dapat diberantas dan memberi prognosis yang baik (Mansjoer,
2000).
BAB II
KONSEP KEPERAWATAN
A. Pengkajian
1.
Identitas
penderita (mencakup: nama, jenis kelamin, umur, suku,
agama, pekerjaan, alamat, pendidikan, status perkawinan)
2.
Status
perawatan (ruang rawat, nomor rekam medik, tanggal dan jam masuk, tanggal dan
jam pengambilan data, diagnosa masuk, cara masuk, pindahan dari rumah sakit
atau ruangan mana, serta tim atau perawat yang bertanggung jawab)
3.
Riwayat kesehatan
a.
Keluhan utama : Pada
pasien skabies terdapat lesi di kulit dan merasakan gatal terutama pada malam
hari.
b.
Riwayat kesehatan
sekarang : Pasien mulai merasakan gatal dan kemudian menjadi edema karena
garukan akibat rasa gatal utamanya pada malam hari.
c.
Riwayat kesehatan
dahulu : Pada pasien skabies, tidak ada penyakit tertentu yang diderita
sebelumnya oleh pasien yang dapat menimbulkan skabies. Kecuali jika memang
sebelumnya pernah mengalami skabies yang besar kemungkinan merupakan akibat
dari parasit sakit sebelumnya.
d.
Riwayat kesehatan
keluarga : Skabies adalah penyakit yang menular melalui hubungan kontak
langsung (kulit dengan kulit) ataupun tak langsung (melalui benda) sehingga
jika dalam keluarga terdapat anggota keluarga yang menderita skabies maka besar
kemungkinan anggota keluarga yang lain juga akan ikut terjangkit.
4.
Keadaan umum : Pada dasarnya pasien yang menderita
skabies tidak mengalami gangguan
5.
Kebutuhan dasar
a.
Rasa nyaman : Hipertermi dapat ditemukan
berhubungan dengan adanya proses inflamasi lokal. Nyeri dapat muncul berhubung
dengan adanya luka akibat garukan pada daerah kulit yang gatal.
b.
Nutrisi : Umumnya tidak
ditemukan adanya gangguan pada kebutuhan nutrisi
c.
Kebersihan : Pada pasien
skabies dapat terjadi masalah kebersihan diri akibat dari pasien tidak paham
tentang penyakitnya sehingga dapat beranggapan bahwa mandi (membasuh daerah
yang lesi) akan menambah parah penyakit.
1)
Kulit : Cenderung mengalami gangguan
pada daerah lesi utamanya dari segi integritas kulit karena bisa terdapat kunikulus
dan vesikel.
2)
Rambut : Jika skabies yang
menyertai pedicolosis maka kulit kepala dapat terganggu
3)
Kuku : Kebersihan kuku juga
berpengaruh karena terkadang ketika menggaruk parasit akan ikut di kuku. Luka
dapat terjadi akibat dari menggaruk daerah yang gatal. Keadaan kuku dapat
menjadi kotor apabila ada kebiasaan menggaruk dan dapat sebagai jalan
penyebaran skabies jika menyentuh daerah tubuh yang lain.
d.
Cairan : umumnya tidak terjadi
masalah pada kebutuhan cairan penderita.
e.
Aktivitas dan latihan : umumnya
pada pasien skabies tidak dijumpai kesulitan dalam bergerak karena yang
terganggu adalah kulit dan buka otot
f.
Eliminasi : kebiasaan BAB dan
BAK pasien tidak mengalami gangguan
g.
Oksigenasi : umumnya tidak
terjadi masalah pada kebutuhan oksigenasi
h.
Tidur dan istirahat : kebutuhan
istirahat tidur dapat terganggu pada pasien yang mengeluhkan gatal terutama
pada malam hari
i.
Pencegahan terhadap bahaya :
umumnya tidak terdapat masalah
j.
Neurosensoris : umumnya tidak
ditemukan adanya masalah
k.
Keamanan : umunya tidak
ditemukan adanya masalah
l.
Seksualitas : kemungkinan
dapat ditemukan adanya gangguan seksualitas dan citra tubuh jika lesi berada di sekitar daerah genetalia
m.
Keseimbangan dan peningkatan
hubungan resiko serta interaksi sosial : pada beberapa pasien dapat ditemukan
adanya masalah psikologis berupa menarik diri, malu dengan kondisi tubuhnya,
tidak menerima keadaannya.
6.
Penyuluhan dan pembelajaran
a.
Bahasa yang dominan yang
dipakai : pada proses edukasi, penggunaan bahasa yang dimengerti oleh pasien
dapat sangat membantu
b.
Masalah yang telah dijelaskan
oleh petugas kesehatan misalnya obat-obatan yang diberikan, serta riwayat
apakah pernah melakukan pengobatan sebelumnya dengan menggunakan obat tanpa
resep, karena beberapa obat dapat meningkatkan iritasi serta meningkatkan rasa
gatal.
c.
Faktor resiko keluarga : jika
dalam keluarga pernah ditemukan ada yang menderita skabies, maka anggota
keluarga yang lain berisiko menderita skabies juga
7.
Data genogram : dari data
tentang struktur keluarga beserta penjelasan ditiap generasinya dapat
memberikan gambaran apakah penyakit ini akibat dari penularan sesama anggota
keluarga atau akibat dari orang lain
B.
Diagnosa
1.
Pruritus berhubungan dengan iritasi kulit
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
dan gatal yang dirasakan.
3.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan
status kesehatan dan kurang pengetahuan mengenai penyakit.
4.
Resiko perluasan infeksi berhubungan dengan
jaringan kulit rusak, menggaruk
5.
Gangguan body image berhubungan dengan
perubahan dalam penampilan sekunder.
6.
Kerusakan integritas kulit berhubungan
dengan lesi dan garukan.
C.
Implementasi
1.
Pruritus berhubungan dengan iritasi kulit
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan .... x 24 jam terjadi
penurunan respons pruritus
Kriteria
hasil :
-
Secara subjektif melaporkan keluhan gatal berkurang
-
Lesi berkurang
-
Integritas jaringan kulit membaik
Rencana
Tindakan
a. Kaji
karakteristik pruritus
R/ sebagai acuan dalam menentukan intervensi selanjutnya
b. Anjurkan
untuk menghindari mandi dengan air hangat
R/ Mandi dengan air hangat dapat membuat lesi panas dan melepuh
c.
Kolaborasi pemberian antihistamin
R/
dapat mengurangi respons pruritus
2.
Gangguan pola tidur berhubungan dengan nyeri
dan gatal yang dirasakan.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan
selama …. X 24 jam gangguan pola tidur pasien teratasi dengan
Kriteria evaluasi :
- Jumlah jam tidur dalam batas normal
- Pola tidur, kualitas
dalam batas normal
- Perasaan fresh sesudah
tidur/istirahat
- Mampu mengidentifikasi hal-hal yang
meningkatkan tidur
Rencana Tindakan :
a.
Kaji pola tidur klien.
R/ Mengetahui apakah kebutuhan tidur klien
terpenuhi.
b. Ciptakan
suasana yang membuat klien merasa nyaman misal tempat tidur yang bersih dan
rapi.
R/ Agar klien bisa istirahat dengan tenang.
c. Kolaborasi dalam pemberian obat topikal
R/ Untuk mengurangi gatal
agar pasien bisa tidur
3.
Kecemasan berhubungan dengan perubahan status kesehatan dan kurang pengetahuan
mengenai penyakit.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan klien tidak
cemas lagi.
Kriteria evaluasi :
-
Klien tidak
resah
-
Klien tampak
tenang dan mampu menerima kenyaataan
-
Klien mampu
mengidentifiasi dan mengungkapkan gejala cemas
-
Postur tubuh
ekspresi wajah, bahasa tubuh dan tingkat aktivitas menunjukkan
bekurangnya kecemasan.
Rencana Tindakan :
a.
Identifikasi kecemasan.
R/ Untuk
mengetahui tingkat kecemasan klien.
b.
Gunakan
pendekatan yang menyenangkan.
R/ Hal-hal
yang menyenangkan dapat membuat klien lebih santai dan rileks.
c.
Dorong keluarga
untuk memberikan dukungan.
R/ Agar
klien merasa diperhatikan.
4.
Resiko perluasan
infeksi berhubungan dengan jaringan kulit rusak, menggaruk
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan selama …. X 24 jam diharapkan tidak
terjadi penyebaran infeksi pada klien.
Kriteria evaluasi :
-
Klien bebas dari
tanda dan gejala infeksi
-
Klien
menunjukkan perilaku hidup sehat
-
Klien dapat
mendeskripsikan proses penularan penyakit dan faktor yang mempengaruhi
penularan.
Rencana Tindakan:
a.
Monitor tanda dan gejala infeksi
R/ Untuk
mengetahui ada atau tidaknya infeksi.
b.
Ajarkan kepada
klien tentang pola hidup bersih dan sehat.
R/ Agar
klien dapat mengetahui dan mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari.
c.
Jelaskan kepada
klien/keluarga tentang proses penularan penyakit dan faktor yang mempengaruhi
penularan.
R/ Agar
klien/keluarga dapat mencegah dan menghindari terjadinya penularan penyakit.
5.
Gangguan body image berhubungan dengan perubahan dalam
penampilan sekunder.
Tujuan :
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama …. X 24 jam gangguan body image pasien teratasi
Kriteria evaluasi :
-
Body image positif
-
Mampu mengidentifikasi kekuatan personal
-
Mendiskripsikan secara faktual perubahan fungsi tubuh
-
Mempertahankan interaksi sosial
Rencana Tindakan :
a.
Kaji makna kehilangan pada pasien/orang terdekat.
R/ Episode
traumatic mengaki- batkan perubahan tiba-tiba, tidak diantipasi membuat
perasaan kehilangan sehingga ia memerlukan dukungan dalam perbaikan optimal.
b.
Terima dan akui ekspresi frustasi ketergantungan,
marah, perhatikan perilaku menarik diri dan penggunaan penyangkalan.
R/
Penerimaan perasaan sebagai respon normal terhadap apa yang terjadi membantu
perbaikan, namun ini akan gagal apabila pasien belum siap menerima situasi
tersebut.
c.
Bersikap realistis dan positif selama pengobatan pada
penyuluhan kesehatan dan menyusun tujuan dalam keterbatasan.
R /
Meningkatkan dan menjalin rasa saling percaya antara pasien dengan perawat.
d.
Berikan penguatan positif terhadap kemajuan dan
dorongan usaha untuk mengikuti tujuan rehabilitas.
R/ Kata-kata
penguatan dapat mendukung.
e.
Dorong interaksi keluarga.
R/ Keluarga dapat jadi penyemangat pasien dalam proses
penyembuhan
6.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi dan
garukan.
Tujuan :
Setelah
dilakukan tindakan asuhan keperawatan Selama ….x 24 jam diharapkan lapisan
kulit klien terlihat normal.
Kriteria Hasil :
-
Integritas kulit
yang baik dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperatur)
-
Tidak ada luka
atau lesi pada kulit
-
Mampu melindungi
kulit dan mempertahankan kelembaban kulit serta perawatan alami
-
Perfusi jaringan
baik
Rencana Tindakan
a. Monitor kulit akan adanya
kemerahan.
R/ Untuk mengetahui perkembangan penyakit dan keefektifan tindakan yang telah
dilakukan
b.
Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang longgar.
R/ Baju yang longgar akan
mengurangi gesekan baju pada kulit yang mengalami lesi.
c.
Potong kuku dan jaga kebersihan tangan klien.
R/ Kuku yang pendek akan
mengurangi garukan pada impetigo dan menghindari keparahan terjadinya lesi
d.
Jaga kebersihan kulit agar tetap bersih dan kering.
R/ Kulit yang bersih dan kering
akan mengurangi penyebaran atau perkembangbiakan dari bakteri
e.
Mandikan pasien dengan air hangat dan sabun
(antiseptic).
R/ Air hangat akan mengurangi
ruam dan membunuh bakteri. Sabun anti septic dapat mengurangi atau membunuh
bakteri pada kulit
f.
Kolaborasi untuk pemberian antibiotic topical pada
klien
R/ Antibiotic topical dapat
memtus atau menghambat dari pertumbuhan bakteri stap dan kolaborasi dapat
mempercepat proses pemulihan
DAFTAR PUSTAKA
Mansjoer, Arif, et all. 2000. Kapita Selekta Kedokteran. Edisi 3 jilid :
1. Jakarta : Media Aesculapius FKUI.
Carpenito, Linda Juall. 2001. Diagnosa Keperawatan. Jakarta : EGC.
Closkey, Mc, et all. 2007. Diagnosa Keperawatan NOC-NIC. St-Louis
Harahap. M, 2000. Ilmu penyakit kulit. Hipokrates. Jakarta.
Santosa, Budi. 2005-2006. Diagnosa Keperawatan NANDA. Jakarta : Prima
Medikal.
PENYIMPANGAN KDM
Invasi bakteri
|
GANGGUAN CITRA
TUBUH/BODY IMAGE
|
Terjadi
manifestasi klinik dari penyakit
|
Histamin
meningkat, munculnya vesikel
|
Kurangnya
informasi tentang penyakit dan pengobatan
|
CEMAS
|
GANGGUAN POLA
TIDUR
|
PRURITUS
|
RESIKO PERLUASAN INFEKSI
|
Terjadi perlukaan
baru & parasit menyebar akibat usapan/sentuhan
|
RAS teraktivasi
|
Sensasi menggaruk
pada daerah yang gatal dan vesikel
|
Stimulus tidur
berkurang/hilang
|
Perubahan penampilan kulit akibat
|
Parasit penyebab
skabies (Sarcoptes scabiei) masuk ke tubuh melalui kontak langsung/tidak
langsung
|
Kerusakan integritas kulit
|
Tidak ada komentar:
Posting Komentar